6. Inspirasi Sebagai Ancang-ancang (desain) dalam Seni
6. Inspirasi Sebagai Ancang-ancang (desain) dalam Seni
Desain (rancangan, ancang-ancang) itu bukan ilmu terapan seni, tetapi secara implisit ada pada seni, desain dan kriya, matematik, sains dsb. Saat seorang pelukis, desainer dan pengriya akan bekerja maka berlangsung ancang-ancang (rencana) dalam dirinya akan membuat sesuatu. Rencana (desain) itu bukan produk, tetapi ada pada kepala perupa, tetapi cara perupa dalam menyelesaikan masalah berbeda-beda menurut waktu. Dalam mengutarakan rencananya arsitek menggambarkan sebuah rencana bangunan, pelukis bisa berencana (mendesain) lukisannya dalam bentuk sketsa-sketsa pendahuluan. Seorang desainer Komunikasi visual, dapat mendesain melalui coretan sketsa konsep di atas kertas putih tentang desain majalah, baru kemudian diselesaikannya dengan komputer. Jadi kurang tepat jika desain diartikan sebagai hasil seni terapan.
Namun dalam proses peciptaan seni, ada ciri khas yang membedakan antara seni, kriya dan desain. Seniman seperti penyair (bidang sastra, pembuat lirik lagu), dan kadang juga pada seni lukis, Seniman tidak tahu apa yang akan dia ungkapkan sampai ia menetapkan ungkapan itu” ( semboyan dari ekspresionis ). Dia tidak dapat mengungkapkan sebelumnya pekerjaan seni selesai seperti: penyair tidak bisa mengatakan kata-kata apapun sebelum puisi selesai. Walaupun lukisan realis atau naturalis sekalipun, waktu penggambar/pelukis sedang bekerja, pelukis umumnya tidak bisa membayangkan dan tahu bagaimana akhirnya bentuk lukisannya, apa yang direncanakan semula bisa saja berubah, sampai dia merasa mantap atau puas, atau samasekali berhenti (ini adalah hakikat dari ekspresi). Saya pikir seorang penulis juga bekerja seperti ini, dia menulis tidak sekali jadi sampai dia merasa puas dan berpikir tidak ada bagian yang akan di buang atau di tambah lagi.
Di sini terlihat fungsi dari desain (ancang-ancang), atau inspirasi. Ancang-ancang hanyalah titik tolak, inspirasi hanya awal, ide dan konsep hanya untuk memulai, bagaimana akhirnya sepenuhnya ditentukan oleh apa yang terjadi antara kuas, cat dan kanvas serta gerak hati pelukis saat itu (inilah yang disebut dengan “tacit knowledge”, ilmu pengetahuan seni yang tersembunyi. Untuk memahami baca artikel “affordance” ini (klik di kanan sini) atau artikel “tacit knowledge” ini (klik kanan).

Gambar 7.Ancang-ancang (desain) itu bisa dalam bentuk konsep verbal dan visual. Sumber Penulis.
Metoda ini terdapat pada bidang kegiatan seni, kerajinan, desain (termasuk arsitektur), sains dan enginering. Disebut metode inspirasi, karena seni, kriya, dan desain dapat lahir berdasarkan inspirasi, imajinasi dan gagasan. Metode seperti ini mirip dengan cara kerja seorang pelukis yang disebut oleh Jones (1979:48) sebagai metode black box (kotak gelap/hitam) dalam memunculkan konsep, di mana asal-usul konsep sebuah karya adalah hasil renungan atau inspirasi.


Selanjutnya, kita dapat mengatakan bahwa manusia sebagai desainer, seperti juga halnya mahluk hidup lain, memiliki kemampuan untuk mencipta tanpa dapat menjelaskan bagaimana caranya hasil-hasil tersebut dapat dihasilkan secara rasional. Misalnya, datangnya suatu ilham secara tiba-tiba tanpa asal-usul yang jelas sewaktu duduk di WC atau melihat sebuah pemandangan. Menurut (McKim,1980), banyak juga inspirasi itu datang setelah bermimpi di malam hari. Metode ini sering digunakan oleh seniman-seniman besar yang sudah terampil atau memiliki skill yang tinggi. Dalam uraiannya, Jones menganggap metode seniman ini sebagai metode tukang sulap.Namun, menurut pandangan lain, McKim,(1980). menjelaskan bahwa metode ini lahir dalam rangka berpikir visual Di mana manusia mensinergikan kemampuan belahan otak kanan dengan otak kiri. Inspirasi adalah produknya dan metode ini adalah keunggulan yang biasa dimiliki para saintis dalam menemukan sains, bukan monopoli seniman dan desainer.Dalam bidang seni visual metoda “inspirasi” adalah hal lazim dikenal, dimana seniman dapat memperoleh ide dari persepsi-persepsi, konsep atau teori tertentu. Dalam metoda ini ada dua pilihan pertama inspirasi dari penerapan gagasan, tema atau konsep yang sudah ada, dan atau menemukan konsep dan inspirasi baru diluar teori dan konsep lama. Setelah konsep ditemukan kemudian mencari kira-kira bentuk seperti yang dibayangkan (diimajinasikan) sesuai konsep. Oleh karena itu metoda ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar. Yaitu (1) penciptaan konsep baru dan (2) pemahaman dan penerapan konsep lama sebagai inspirasi.
Dalam sejarah seni diperlihatkan, bahwa konsep baru dalam seni visual itu tidak selalu hasil pemikiran senimannya. Konsep impresionis misalnya, konsep ini diungkapkan oleh kritikus setelah memperhatikan karya sejenis.Menurut cerita pada tahun 1874, kritikus seni Perancis kritikus Louis Leroy menciptakan istilah impresionis dalam sebuah ulasan yang sinis atau mengejek pameran lukisan pribadi kelompok yang disebut The Anonymous Society of Painter, Sculptor, Engravers, dll. Leroy “terinspirasi” untuk menggunakan istilah ini secara tidak langsung setelah melihat salah satu lukisan adegan pelabuhan disebut Impression, Sunrise (1873, Musée Marmottan, Paris) karya Monet.

Gambar 10 Impression, Sunrise (1873) Karya Claude Monet, judul ini menginspirasi konsep baru dalam seni yang disebut Impresionisme. Sumber. Encyclopaedia E.
Dalam pemahaman konsep, seniman melihat kepada konsep-konsep yang sudah ada seperti konsep seni realis, naturalis, atau label konsep yang diperoleh seniman dalam belajar. Misalnya seniman-seniman yang belajar pada “sanggar-sanggar” pada awal kemerdekaan Indonesia, telah menyerap ide-ide yang populer saat itu seperti berikut ini.